“After
all this time.. I..Wife.. What the hell!”
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
MELODY
PART 6
Tok.. Tok..
Yuri menggeliat
dalam tidurnya, merasa tidak nyaman karena ada seseorang yang mengganggu acara
tidurnya dengan mengetuk pintu secara berulang-ulang, sangat pelan tapi hampir
tak ada jeda untuk mengetuk pintu, seakan-akan menjebol pintu itu langsung dari
ketukan tangan yang berulang-ulang.
Gadis
tersebut berusaha menghiraukan ketukan pintu tersebut dan kembali melanjutkan
tidurnya, namun naas, ketukan pintu tersebut semakin lama semakin keras di
sertai panggilan dari luar kamar.
Merasa
tak akan bisa tidur kembali, Yuri hendak beranjak dari tidurnya namun pening
kembali ia rasakan, “Masuk saja!” Teriaknya dari dalam kamar.
Pintu
terbuka dan menampilkan sosok wanita muda berpotongan rambut pendek dan
berpakaian tomboy memasuki kamar, “Kau sudah baikan ? Jika masih pusing kakak
akan membuatkanmu surat izin hari ini,” Katanya.
Saaya
menghampiri adik tersayangnya yang sedang berbaring tidur dan tak lupa seperti
anak zaman sekarang selalu gadget yang di pegang setelah bangun tidur, mau
kesadaran belum terkumpul atau tidak yang terpenting gadget adalah yang utama.
Yuri
berfikir sejenak dengan masih melihat layar gadgetnya, ada benarnya juga ia
tidak masuk sekolah hari ini, selain kepalanya yang masih sedikit pusing ia
juga dapat menghindar dengan laki-laki tersebut yang selalu membuatnya darah
tinggi.
Gadis
tersebut berfikir kembali, setelah kejadian acara makan malam kemarin entah
kenapa perilaku laki-laki tersebut kepadanya berubah.. Yah, mungkin hanya
sedikit setelahnya akan kembali seperti semula tapi Yuri yakin pasti pada hari
itu adalah perilakunya yang asli, tidak perilaku bodoh yang selama ini di
sekolah laki-laki tersebut lakukan.
“Oe,
Yuri..” Tegur Saaya, masih setia berdiri di samping tempat tidurnya.
“E-Eh
? Ah, boleh..” Jawab Yuri, pada akhirnya dan kembali lagi menekan-nekan layar
gadgetnya.
“Baiklah,
Neechan harus pulang karena mendadak suami Neechan ada keperluan dan untuk saat
ini aku harus ikut, kau jaga diri baik-baik, ya.” Ujar Saaya.
“Eh
? Pulang lagi ? Ah.. Aku merindukan jalan-jalan bersama Neechan lagi..” Rengek
Yuri, mengerucutkan bibirnya.
Saaya
tersenyum, “Pasti, suatu saat Neechan akan ajak kamu lagi..” Ujarnya, lalu
mulai melangkahkan kakinya ke luar kamar. Yuri tersenyum senang, tapi senyumnya
pudar seketika saat Saaya melanjutkan perkataannya dan setelah itu ia menutup
pintu kamar Yuri dengan cepat,
“Dan
juga Ryosuke.”
~***~
Yuri merasa
lapar, akhirnya ia mau tidak mau karena pusing yang melanda harus turun ke bawah
untuk mencari makanan. Baru saja ia bangun dari tidurnya pusing kembali ia
rasakan, ia menunggu dan duduk sejenak hingga pusing yang ia rasakan sedikit
mereda lalu berdiri dari duduknya.
Selalu
seperti ini, ketika kepalanya terbentur hingga sangat keras ataupun hingga ia
pingsan tiba-tiba saat ia bangun pasti akan merasa pusing yang berkepanjangan.
Yuri sudah biasa merasakannya, tapi jika terus-menerus apa yang ia alami
seperti ini ia merasa aneh dan curiga.
Ia
pernah bertanya kepada Miki dan Saaya dan dijawab dengan jawaban yang sama, ‘Suatu saat kau pasti akan tahu’ dan
kalimat ‘ suatu saat ‘ tersebut ia tidak tahu kapan. Pernah ia juga bertanya
kepada dua Niichan-nya tapi malah dijawab nyolot
oleh kedua Niichan tersebut, tapi Yuri peka, apa yang mereka lakukan
seperti itu adalah cara agar Yuri untuk tidak tahu saat itu juga, seperti Saaya
dan Miki tadinya.
Yuri
sampai di dapur, ia mencari kesana-kemari stok makanan dan hasilnya nihil,
“Neechan memang bodoh,” Rutuknya, sambil mengerucutkan bibirnya yang imut
menatap sekeliling dapur.
Ting.. Tong..
Bel berbunyi,
Yuri melihat pintu rumahnya dari kejauhan, terlihat dari sela-sela pintu bawah
siluet dua orang berdiri tak bisa diam. Yuri melihat sejenak jam dinding di
dapur, pukul tiga sore lebih sedikit, orang yang ia pikir pertama kali adalah
Daiki, karena disaat jam-jam seperti ini seluruh anak-anak sekolah seperti Yuri
sudah pulang sekolah.
Ting.. Tong..
Bel kembali di
tekan, Yuri berpikir sejenak dan akhirnya melangkahkan kakinya menuju pintu
rumahnya, “Dare ?”
“Yurii~~!!!
Aku merindukanmuuu~!!” Seseorang langsung menubruk—memeluk—Yuri dengan keras
hingga ia sedikit terjengkang ke belakang.
“Ck,
berlebihan..”
Yuri
melirik seseorang dari belakang punggung sahabatnya yang—ternyata datang
bersama Daiki—sedang berdiri menatap datar dua makhluk berbeda jenis kelamin
dengan menenteng sebuah tas plastik di tangan kirinya.
“Heeeee??!!!”
Yuri spontan mendorong Daiki yang sedang memeluknya dan menatap Yuri dengan
pandangan tanda tanya.
“Doushita no ?” Tanya Daiki.
“Kenapa
kau membawa makhluk ini kesini?!” Tanya Yuri, berteriak dan menunjuk seorang
laki-laki tampan yang tingginya hampir sama dengan tinggi Daiki.
“Ah,
kurasa kau harus sesuatu bahwa Ryo—mmpphh!!!” Daiki ingin menjawab pertanyaan
Yuri namun sebuah tangan dari belakang membekap mulutnya kuat-kuat. Daiki yang
hampir kehabisan nafas menarik paksa tangan Ryosuke dari aksi membekapnya.
“Kau
hampir membunuhku!” Teriak gadis bertubuh gen—berisi tersebut.
“Matilah
disini.” Jawab Ryosuke santai.
“Oii!!”
Protes Daiki.
“Mou!! Ja, ikou..” Yuri mengajak mereka
berdua—sebelumnya melerai aksi bacot-bacotan mereka yang terjadi—masuk ke dalam
rumahnya.
Daiki
dan Ryosuke duduk berpisah alias saling menghadap dan saling memasang muka
membunuh satu sama lain sambil menunggu Yuri membuatkan mereka teh hangat.
Beberapa menit kemudian Yuri datang dari arah dapur dan membawakan nampan
berisi dua gelas teh hangat di kedua tangannya lalu meletakkannya di atas meja
bundar yang di bawahnya terdapat kotatsu.
“Eh
? Kenapa kalian memasang muka seperti itu ?” Tanya Yuri, melihat kedua
temannya—yang satunya mungkin tidak—yang masih saling memasang muka membunuh
satu sama lain.
Daiki
mendengus sebal dan kini kepalanya menoleh dan menatap Yuri yang sekarang
menatapnya dengan tatapan tanda tanya, “Ah, nandemonai.
Ano.. Yuri, kenapa kau tidak berangkat sekolah ?” Tanya Daiki.
“Yeah,
dan lusa kau juga tidak berangkat dengan penguin satu itu.” Ujar Ryosuke, yang
kini malah memandang Daiki dengan pandangan datar.
Daiki
kembali menoleh memandang Ryosuke yang sedang memandangnya dengan pandangan
datar ingin di tampar, “Bakaaa!! Ore wa
penguin janai yo!” Bantah Daiki, dengan berteriak membuat mukanya yang imut
menjadi bertambah imut.
“Oii!!
Sudah!!” Lerai Yuri, “Ah, aku hanya demam sedikit tapi sepertinya sudah tidak
apa-apa.”
“Usotsuki na~” Jawab Ryosuke, dengan
cepat setelah Yuri menyelesaikan perkataannya. Ia lalu mengedarkan pandangannya
ke seluruh arah berusaha tak melihat wajah Yuri.
Yuri
berdecak dan meliriknya sebal, “Seharusnya kau tidak mengajaknya kesini.” Bisik
Yuri—mencondongkan tubuhnya—kepada Daiki.
“Aku
sebenarnya tidak mau, toh,
keuntungannya apa?” Jawab Ryosuke, dengan nada benar-benar tidak suka
“Maka,
pergilah.” Balas Yuri, dengan nada sengit.
“Okay.”
Jawab Ryosuke. Ia beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan rumah Yuri
tanpa berpamitan atau menatap kedua makhluk di depannya sama sekali.
Daiki
memandang kepergian Ryosuke lalu beralih ke arah Yuri dengan pandangan iba,
“Kau masih memikirkannya ?” Tanyanya, Yuri hanya diam tak menjawab membuat
Daiki meneruskan kalimatnya, “Yuri, sudah saatnya kau tahu sesuatu, sebelum aku
ceritakan aku akan menceritakan kejadian di sekolah tadi tanpa dirimu.” Jelas
Daiki, Yuri menoleh menatap sahabat chibinya
itu.
~***~
~FLASHBACK~
Bel sekolah berbunyi sore hari
menandakan seluruh murid di sekolah Horikoshi Gakuen di wajibkan pulang,
kecuali untuk yang mengikuti kegiatan tambah seperti ekstrakulikuler, rapat
organisasi, dan sebagainya.
Daiki membereskan alat tulisnya dengan
gerakan malas, pasalnya hari ini sahabat imutnya tersebut tidak berangkat dan
ia tidak tau alasannya dan mengharuskan ia berjalan kaki.. Seorang diri.
Mengenaskan. Menyuruh menjemput sang pacar percuma saja, toh, Yuya sedang
kuliah sekarang dan tak ingin merepotkannya.
“Arioka, kau ikut ekstra sekarang ?”
Tanya seorang gadis yang perawakannya lebih tinggi dari Daiki sendiri, berwajah
cantik dengan tangannya yang lentik.
“Iie.” Jawab Daiki, singkat.
“He ? Kau akan kena hukuman jika kau
tidak mengikuti ekstra.” Ujar gadis tersebut, sedikit terkejut mendengar
jawaban Daiki. Biasanya, gadis gen—imut tersebut tak pernah absen dari
ekstrakulikulernya.
“Aku akan izin langsung, dan jika
kau ingin berjalan bersama boleh saja,” Jawab Daiki setelah selesai membereskan
alat tulisnya, “Ah, ini, Yuyan memberikanku, katanya dari Yabu Kota, aku tidak
tahu siapa dan kata Yuyan dia satu kampus dengannya. Siapa ?” Jelas Daiki,
mengambil sebuah surat berwarna hijau muda dengan sedikit hiasan berwarna biru
tua kepada gadis di sebelahnya.
“A-Ah! Sankyuu~~” Ujarnya, langsung merebut surat tersebut
dari tangan Daiki dan menaruhnya di dalam tas.
“Hahh~ mau sampai kapan kau seperti
seorang playgirl, Noo
?” Tanya Daiki, menatap bosan Inoo Kei—namanya—yang sedang menaruh surat tersebut
dengan hati-hati di dalam tas.
“Kali ini aku akan setia, aku
janji!” Jawab Inoo, bertekad. Dan hanya di jawab endikan bahu oleh Daiki.
Daiki dan Inoo berjalan menuju ruang
teater dan betapa terkejutnya mereka berdua saat mengetahui mantan anak teater
datang disana. Daiki hendak menyapa orang tersebut tapi Inoo mencuri start.
“Yuyaaann~~!!” Teriak bahagia, Inoo.Lalu ia
berlari kecil menghampiri orang yang ia panggil barusan.
Inoo adalah mantan Yuya dan Yuya
sekarang adalah pacar Daiki. Bisa di bayangkan betapa sakitnya Daiki melihat
pemandangan tepat di depan matanya. Yuya sama sekali tidak menyadari kehadiran
Daiki, hanya Inoo yang ia ketahui.
Penyebab putus hubungan Daiki dengan
Yuya adalah Inoo, ia berhasil menarik hati Yuya dan tepat beberapa hari
kemudian Daiki memutuskan Yuya. Tapi, Yuya tetap kekeh bersama Daiki.Dan di
saat itu pula Daiki masih menyimpan rasa dengan Yuya, ia memberi kesempatan
kedua kepada Yuya untuk tetap bersamanya kembali.
Inoo adalah teman dekat Yuya, dan
teman lama Yuya, lebih lama dari Daiki. Dan saat itu pula Daiki berfikir bahwa
ia tidak pantas dengan Yuya dan ia juga tidak bisa membenci Inoo karena
posisinya saat ini salah.
Daiki berfikir bahwa ia seperti
perusak hubungan orang antara Inoo dan Yuya. Dan sekarang resiko yang harus ia
tanggung kembali adalah kedekatan Inoo dengan Yuya yang hampir melupakan
dirinya.
Sebenarnya, Daiki ingin sekali
mengikuti ekstrakulikuler saat itu juga, jarang-jarang alumni sekolah dan
alumni teater berkunjung kembali. Tapi, yang ia fikirkan kali ini adalah nasib
Yuri yang tidak berangkat sekolah dengan tiba-tiba. Sahabatnya lebih penting
dari pacarnya.
Dan hal positif lainnya adalah Daiki
juga tidak akan merasa sakit melihat kedekatan Inoo dengan Yuya walau saat ia
izin untuk ekstra nantinya akan terus memikirkan apa yang mereka berdua
lakukan.
Mungkin bukan keberuntungan Daiki
saat ini, tapi ya masa bodo, lah. Sahabatnya yang terpenting saat ini.
Dengan entengnya, Daiki melewati
Yuya dan Inoo yang sedang berbicara bersama dan mereka berdua juga sama sekali
tidak menyadari keberadaan Daiki, hingga Daiki sendiri lolos dalam izin ekstra
dan hendak meninggalkan ruang teater, Yuya memanggilnya.
“Daichan!” Teriak Yuya.
Daiki yang tadinya melangkahkan
kakinya kini berhenti di ambang pintu ruang teater tanpa berniat balik badan
sekalipun. Ia merasa saat itu juga ingin memeluk pria yang lebih tinggi darinya
dan mencurahkan semua isi hatinya saat ini.
Tapi belum waktunya. Daiki meneguk
ludahnya dan masih tak berniat balik badan untuk melihat orang yang baru saja
memanggil namanya.
Gadis penguin itu melihat Yuya yang
sekarang sudah berada di depannya dengan tersenyum manis layaknya tidak terjadi
apa-apa.
Kali ini Yuya mengubah ekspresinya
dengan ekspresi tanda tanya, “Ah, kau mau kemana? Sebentar lagi ekstra akan di
mulai.” Ujarnya.
Daiki tersenyum kecut, “Apa ini juga
urusanmu ?” Tanyanya ketus.
Yuya berfikir menatap sekitar sedikit
mencemberutkan bibir bawahnya, “Ya.. Aku hanya bertanya, tidak biasanya kau
keluar ruang teater saat latihan teater hampir di mulai,” Ujarnya, “Hei, tapi
kenapa kau bertanya seperti itu ?” Lanjutnya dan menatap Daiki dengan serius.
“Apa benar penilaianmu terhadapku
saat mengikuti teater seperti itu ?” Tanya Daiki, memicingkan matanya.
“Ya.. Kata Kei-chan begitu, kau
orang yang—“
“Nilailah orang dari nyatanya bukan
katanya.” Ujar Daiki, memotong perkataan Yuya lalu meninggalkan pria bertubuh
tinggi tersebut.
Yuya mematung, sangat terkejut
melihat Daiki, pacarnya yang berkata seperti itu dengannya. Bukan apa-apa,
hanya saja Daiki selalu melontarkan kata-kata yang mampu membuatnya tersenyum
dan tertawa.
Tapi kali ini.. Membuatnya mati
kutu.
~***~
Daiki
mempercepat langkahnya dan tanpa sadar air bening muncul di pelupuk matanya.
Segera ia hapus air itu dengan tangannya sedikit kasar, tanpa sadar di
pertikungan jalan ia menabrak seseorang dan reflek seseorang tersebut memeluk
pinggangnya.
“D-Daichan
?”
Daiki
tahu siapa seseorang tersebut hanya melalui cirri khas suara, segera Daiki
memeluk seseorang tersebut dan menangis dalam pelukannya. Seseorang tersebut
terkejut dan untung saja keadaan sekitar sepi karena mereka berada di lorong
jalan menuju ruang teater dan tempat tersebut sedikit terpencil, tak banyak
orang yang lewat sana kecuali anak teater.
‘Yuri, maafkan aku..
Semoga kamu tidak marah karena ini.’
Setelah
di rasa cukup baikan, Daiki melepaskan pelukan orang tersebut, “G-Gomen,
Ryo-chan.. A-Aku..”
“Tak
usah mengatakannya jika kau tak bisa,” Ujar orang tersebut memotong perkataan
Daiki, “Kau ingin kemana ? Tidak ikut ekstra teater hari ini ?” Tanya Ryosuke
kepada Daiki.
“Aku ingin ke rumah Yuri, makanya aku izin
ekstra hari ini.” Jawab Daiki.
“Eh?!
Yuri?! Kenapa?!” Tanya Ryosuke, antara tidak sabar, setengah berteriak, dan
terkejut. Daiki yang melihat Ryosuke dari jarak dekat dan sedikit mundur ke
belakang dan memasang muka aneh.
“Seksi
absensi mengatakan bahwa ia sakit hari ini, aku tidak tahu ia sakit apa.” Jawab
Daiki, diikuti endikan bahu di kanan-kirinya.
“Aku
ikut!” Ujar Ryosuke, penuh tekad.
“Eh
? Jam tambahan musikmu ?” Tanya Daiki.
“Sudah,
lupakan saja itu, ayo, kita harus cepat.” Seru Ryosuke, lalu menarik tangan
Daiki dan berlari. Daiki yang mendapat perlakuan tiba-tiba hampir terjatuh dan
pada akhirnya menarik tangannya kembali.
“Niichan,
kau anarkis! Sebelumnya, aku ingin
membelikan Yuri kue terlebih dahulu.” Seru Daiki.
“Baiklah,
aku ikut.”
Niichan?
Ada apakah?
~***~
Garing ya? Makin nggak jelas? :'v baru percobaan buat fanfiction di blog, jadi kalau udah terbiasa terus pindah ke Livejournal gitu ^^
Bakal ada penyuntingan kok, bertepatan copy-paste ke Wattpad ^^ jadi yang udah baca disini terus baca penyuntingannya tapi masih ada cerita tambahannya di Wattpad. Jadinya, Author ketik ulang 3x ^^ Jangan lupa di baca yaa~~
Nama Wattpad : @BlackShadow_S
Jangan lupa di follow karena ada beberapa part cerita yang di private, kalau mau follback tinggal komen saja ^^ support terus yaa~~ <3
~Arigatou Gozaimasu~


Tidak ada komentar:
Posting Komentar