Minggu, 12 November 2017

MELODY : YamaChii Fanfiction





~ FANFICTION AREA ~

MELODY

Pair : YamaChii

Main Cast :
-          Hey! Say! JUMP member

Rating : PG-15

Genre : Romance, Music, Happy

Disclaimer : Johnny’s Entertainment inc.

Language : Indonesian

Switch Gender :
-          Arioka Daiki a Girl
-          Chinen Yuri a Girl ( Nakajima Yuri )
-          Okamoto Keito a Tomboy Girl
-          Inoo Kei a Girl

Synopsis :
            Seorang gadis yang mempunyai kegemaran menarikan jari-jarinya di atas tuts piano, Nakajima Yuri, seorang gadis berumur delapan belas tahun yang saat sekolah tak pernah absen ke ruang musik, sekaligus jika ekstrakulikuler musik libur.
            Hidupnya yang tidak terlalu dekat dengan lawan jenis pun bertemu dengan seorang laki-laki yang sangat membenci suara alunan musik. Saat berpapasan atau bertemu dengan laki-laki tersebut mereka tak akan lupa melontarkan kalimat ejekan satu sama lain.
            Mampukah Yuri membuat laki-laki tersebut jatuh hati pada dunia musik ? Atau .. Membuat laki-laki tersebut semakin membenci dirinya ?
.
.
.
.
.
.
.
.

“ A Sweet Melody.. Her breath. “



MELODY PART I


            Gadis berambut pendek yang sama dengan tingginya sedang membuka halaman demi halaman buku musik yang ia pegang. Melihat satu per satu nama lagu dan tangga lagu yang akan ia mainkan.
            Sraakk.. Srakk..
            Gadis tersebut bimbang memilih lagu yang akan ia mainkan, semuanya sudah pernah ia coba dan ia akan memainkannya ulang tetapi ia bingung hendak memilih yang mana,  lebih tepatnya lagu yang saat ini sesuai dengan hatinya.
            “Yatta!” Seru gadis tersebut pada akhirnya lalu menaruh buku lagu yang ia bawa di atas piano dengan keadaan terbuka.
            Gadis tersebut mulai memposisikan duduknya tepat di depan piano yang besar. Duduk tegap dengan menyisakan beberapa jarak antara piano dan tempat duduk, lalu memposisikan kedua tangannya di atas tuts piano dengan kedua tangan sedikit di tekuk membentuk sudut tumpul.
            Deng deng deng… Ting ting.. Deng deng..
            Jemarinya yang lentik menari dengan lincah seolah sudah terlatih sangat professional. Memainkannya dengan perasaan dan mendalami irama melodi piano yang dimainkan. Bagi gadis tersebut, dentingan piano adalah melodi terindah yang ia dengar.
            Tuts demi tuts piano menghasilkan nada yang berbeda. Jika kau memposisikan tanganmu di tuts tengah satu oktaf, tuts tersebut menghasilkan nada normal, jika kau bermain ke arah kanan, semakin lama nada suara piano akan semakin melengking yang artinya semakin tinggi, sebaliknya, jika kau memainkan ke arah kiri, nada suara piano akan terdengar lebih berat yang artinya sangat rendah.
            Lama gadis tersebut bermain hingga tak menyadari keberadaan seseorang disana yang sedari tadi melihat dirinya memainkan sebuah lagu di atas alat musik yang megah.
            Prokk.. Prokk.. Prookk..
            Gadis tersebut yang tadinya memejamkan matanya karena sangat mendalami lagu yang ia mainkan, kini membuka matanya melihat seseorang yang tak jauh dari posisinya sedang berdiri memberikan tepuk tangan.
            “Kau semakin hebat saja,” Ujar seseorang tersebut lalu mendekati gadis yang berposisi duduk di depan sebuah piano, “Ah, Star Time, coba ku tebak, kau sudah memainkannya lima belas kali. Apakah itu lagu debutmu semenjak kau mengikuti ekstrakulikuler musik ? Cobalah lagu lainnya!” Usul seseorang tersebut, memasang muka sebal karena temannya, gadis tersebut, semenjak mengikuti ekstrakulikuler musik selalu memainkan lagu Star Time, lagu yang indah dan sangat cocok di dengar saat perasaan hati sedang tidak enak.
            “Kau ingin aku memainkan lagu apa ? Wo I Need You ? Kau ingin membunuhku ?” Tanya gadis tersebut gantian memasang muka sebal.
            “Yuriii.. Sudah kubilang, kan, aku ingin kau memainkan lagu Sakura, iramanya mendukung dan nadanya juga cocok untuk pendengaran.” Rengek seseorang tersebut dengan akan bernama Yuri, yang beberapa menit lalu memainkan sebuah lagu yang indah. 
            “Cocok untuk pendengaran atau cocok untuk suasana hatimu ?” Tanya Yuri, “Hah~ susah move on kau dengan mantan kakak kelas Takaki Yuya itu ?” Sindir Yuri kali ini menyilangkan tangan dan kakinya tapi masih dengan posisi duduk.
            “Huh! Kau menyebalkan!” Ucap gadis tersebut lalu meninggalkan ruang musik beserta Yuri di dalamnya.
            “Daichan..”
            Anak yang di pangggil Daichan tersebut tak memerdulikan panggilan Yuri. Arioka Daiki, gadis pendek namun masih sedikit di atas Yuri, mempunyai wajah baby face yang sangat manis, dan satu lagi, dia adalah mantan kakak kelas yang sekarang sudah kuliah, Takaki Yuya, pemuda berperawakan yankee tetapi mempunyai hati onee.
            Yuri membalik halaman buku lagunya, mencari daftar lagu huruf S. Ia menemukannya, hanya menatap tangga lagu satu per satu, tidak mempunyai niatan untuk memainkan lagu tersebut. Ia menatap lagu tersebut dengan .. Kecewa.

“I’m sorry, but I didn’t ready.”
.
.
.
.
.
.
.
.
.


***
            Tidak biasanya seorang Nakajima Yuri berangkat sekolah dengan keadaan terlambat. Ya, anak yang pintar—salah, anak yang cerdas, seorang pemusik, mempunyai banyak prestasi, kali ini harus mendekam beberapa menit di dalam ruang kepala sekolah.
            Bukan salah Yuri jika ia terlambat, pasalnya, sang kakak laki-laki, Nakajima Yuto, yang katanya akan mengantarkannya sekolah harus memberi harapan palsu kepada Yuri dengan alasan melanjutkan tidurnya yang nyenyak karena kuliahnya hari ini libur.
            Waktu semakin lama semakin berjalan, Yuri yang biasanya menikmati sekolahnya dengan berjalan kaki harus melangkahkan kakinya lebar-lebar alias berlari untuk pergi ke sekolah, sebenarnya ia ingin menaiki sepedanya, apalah daya sepeda tercintanya di pakai oleh sang kakak tertua untuk berkencan dengan kekasihnya, Nakajima Raiya.
            Sungguh, tidak ada yang waras dengan kakak-kakaknya pagi itu.
            “Nakajima Yuri,” Ujar Kepala Sekolah dengan tatapan intimidasi kepada Yuri, “Anak yang cerdas, mempunyai banyak prestasi, seorang pemusik di sekolah elite ini, harus mendapat hukuman akibat terlambat sekolah.” Lanjut beliau, Yuri hanya menunduk tak bisa melakukan apa-apa, alasan yang sebenarnya pun tak bisa, sudah pasti ujung-ujungnya ia akan di hukum.
            “Baiklah, hukumanmu kali ini—“
            “Sensei!”
            Teriak seorang satpam sekolah bertubuh gempal dari arah belakang Yuri, membawa seorang anak laki-laki berparas tampan ke ruang kepala sekolah, dengan tampang tidak berdosanya, ia memasang wajah santai seakan tak punya masalah.
            “Anak ini terlambat lagi.” Ujar satpam tersebut singkat.
            “Baiklah, kau boleh pergi,” Perintah kepala sekolah kepada satpam sekolah, “Kau lagi... Kau lagi.. Sampai kapan kau jera dengan semua hukumanmu, Yamada?!” Kali ini Kepala Sekolah tersebut sedikit meninggikan suaranya.
            “Aku tidak terlambat.” Jawab anak yang bernama Yamada tersebut, sok innocent.
            “Lalu ? Jika kau tidak terlambat kenapa kau dibawa ke sini ?”  Tanya Kepala Sekolah itu.
            “Hanya telat untuk masuk sekolah.” Ujar Yamada, dengan tidak berdosanya.
            “Bodoh.” Rutuk Yuri, Yamada sempat meliriknya.
            “Kau! Cepat kau bersihkan seluruh toilet sekolah! Kau, Nakajima, kau juga! Tidak ada alasan, cepat kerjakan!” Perimtah Kepala Sekolah yang sekarang kesabarannya sudah berada di ubun-ubun.
            “Saya harus membersihkan toilet di bagian olahragawa, trainee, dan lain-lain ? Bukankah tidak boleh memasuki kawasan yang bukan di bidangnya ?” Tanya Ryosuke, kali ini ia bertanya serius.
            “Boleh jika itu memang kehendak saya, sudah, cepat, bersihkan sana!” Perintah sekaligus usir sang Kepala Sekolah.
            Yamada Ryosuke, anak seorang direktur yang mempunyai kekayaan melimpah hingga tujuh turunan, hobinya setiap hari adalah membuat marah Kepala Sekolah dengan alasan apalagi jika bukan terlambat sekolah. Untung saja ia tidak terlalu hobi bermain fisik.
            Kali ini Ryosuke dan Yuri berjalan beriringan dengan diam, salah satu di antara mereka berdua tak ada yang mau mebuka percakapan sedikit pun, sibuk dengan pemikiran masing-masing.
            Yuri tak mau menyia-nyiakan waktu yang ada, dan tak mau membuang kegiatan belajar mengajar di kelas dan juga tak mau berdiam diri lebih lama di samping anak yang tidak jelas pemikirannya, maka dari itu Yuri berlari hingga ke salah satu toilet lalu membersihkannya dengan kilat.
            Dan seorang Yamada Ryosuke, apalagi jika tidak hanya melihat Yuri mengepel, dan membersihkan kloset ? Tak ada niatan membantu sama sekali.
            Yuri yang hampir selesai membersihkan toilet pun berkacak pinggang menatap Ryosuke yang berdiri menyandar tembok dengan kaki kanannya bertumpu pada dinding lalu kedua tangannya ia masukkan ke saku celana dengan pandangan mendongak ke atas.
            “Heh, kau!” Teriak Yuri, namun tak ada respon, Yuri mendekat, “Apa kau tuli ? Kau juga di hukum maka bantu aku!” Teriaknya kepada Ryosuke dengan jarak dekat.
            Ryosuke berdiri tegap dengan kedua tangannya ia masukkan ke saku celana dan menatap Yuri yang sedikit lebih pendek dengannya, “Pekerjaan itu tak cocok untukku, jika yang lain tahu langsung seperti itu akan menurunkan harga diriku.” Jawabnya.
            “Mentang-mentang kau seorang anak direktur lalu kau tak menjalani hukumanmu ? Jika Tousan mu mengetahui kau tidak menjalankan perintah, kau tidak pantas menjadi penerus posisi Tousanmu.” Ujar Yuri pedas.
            Ryosuke yang mendengar perkataan Yuri lalu memojokkan Yuri di dinding dan mengkabedonnya, “Beraninya kau mengatakan kalimat seperti itu di depanku, kau tidak takut ?” Desisnya semakin mempersempit jaraknya dengan Yuri.
            Yuri yang jarang berinteraksi dengan lawan jenis pun terkejut dan deru nafasnya tidak teratur mendapat perlakuan seperti itu, “Nan da yo ? Kau takut ? Atau tak bisa ? Begitu bukan kenyataannya ?” Tanya Yuri yang sedikit mirip dengan ancaman, jujur saja Yuri takut, tapi ia tidak gentar.
            Ryosuke semakin mempersempit jaraknya dengan Yuri membuat Yuri merasakan deru nafas Ryosuke dan agak takut dengan pemuda di depannya, “Jika kau mengatakan kalimat seperti itu di depanku lagi.. Aku tidak akan memaafkanmu.” Bisiknya di telinga Yuri.
            Setelah mengatakan hal tersebut, Ryosuke lalu meninggalkan Yuri yang terpaku di dalam toilet, berusaha mencerna semuanya yang terjadi beberapa detik lalu.
            Tidak, Yuri tidak akan mundur, ia berkata benar dan jauh di dalam hatinya. Jika memang dia seorang anak direktur, seharusnya sang anak harus mencotoh sikap Tousannya agar dapat menggantikan posisi beliau.

“Never give up.”
.
.
.
.
.
.
.

            “YURIIII~~!!” Teriak sahabatnya, siapa lagi jika bukan Daiki.
            Mereka sekarang sedang berada di kantin dengan Daiki langsung menyerbu Yuri yang sedang duduk sendirian di salah satu meja makan kantin, “Kau berhutang cerita padaku!” Serunya.
            “Aku sedang tidak mood, Daichan..” Ujar Yuri lalu mulai memakan makanannya dengan malas.
            “Yada! Yada! Kau berhutang cerita padaku.. Bagaimana bisa seorang Nakajima Yuri di hukum membersihkan toilet ?!” Cerocos Daiki, memang mulut anak satu itu tidak bisa di tutup.
            Yuri akhirnya pasra, menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan berat, menceritakan semuanya sangat detail apa yang sudah terjadi dan tidak akan terjadi dua kali dalam hidupnya.
            “Beruntung sekali kau bersama Yamada~ aku memimpikan dia akan menjadikanku seorang kekasih~” Ujar Daiki lalu mulai berimajinasi sendiri.
            Yuri memandangnya jijik, “Dih, tingginya tidak sesuai!” Ejeknya.
            “Eh, jika cinta tidak memandang apapun, loh.” Tegur Daiki dan hanya di jawab ‘terserah’ oleh Yuri.
            “Eh, eh, lihat kesana, itu Yamada, bukan ?” Tunjuk Daiki dan mau tak mau Yuri mengalihkan pandangannya yang semula menatap makanan di depannya lalu ke arah yang di tunjuk oleh Daiki.
            “Tampannya~” Puji Daiki lalu memasang wajah eum.. seperti tenggelam oleh pesona Yamada, ya seperti itulah.
            “Huh, tampan juga Niichanku.” Gerutu Yuri.
            “Ya, tampan tapi malas.” Jawab Daiki.
            “Eh, bukan Yuto-Nii, tapi Raiya-Nii.” Ralat Yuri dan Daiki hanya mengendikkan bahunya.
            “Lihat-lihat dia melihat ke arah sini.. Tampannya~” Ujar Daiki melanjutkan imajinasinya.
            Bukannya Yuri terlalu percaya diri atau apa, tapi tatapan Ryosuke barusah tertuju untuknya, tatapan seperti.. Menantang.
            “Apa maunya ?” Batin Yuri.



***

Hello! I'm back! Aku membawa seupil fanfiction/apaan bahasa Indonesia YamaChii.. Ya, hobiku selain ngidol adalah menulis fanfiction atau teenlit, untuk fanfiction aku lebih suka menulis YamaChii.. Ichibanku Daiki Arioka dan OTP Favoritku adalah YamaChii.. Hm.. Aneh XDDD

Kali ini aku tidak membawa drabbles, karena aku sedikit kesusahan jika membuat drabbles, aku lebih suka membuat layaknya novel dan cerita bersambung, alias part-per part.

Jika kalian menyukai ceritaku, kalian bisa lihat di wattpad dengan username BlackShadow_S disana kalian akan mendapati beberapa fanficiton.. Aneh.. Ya, aneh XDD jika aku mengetik cerita di handphone daripada di laptop pasti hasilnya berbeda dan lebih buruk di handphone XDD jadi, maafkan aku!

Semoga kalian suka! Nantikan chapter selanjutnya! ^^


~ Arigatou Gozaimasu ~



Tidak ada komentar:

Posting Komentar