~***~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
“Bad Dream Ever!”
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
MELODY
PART 5
Sedangkan anak tersebut menatapnya penuh
rasa kemenangan. Acara makan malam berlangsung lancar dan sangat formalitas,
membuat kedua anak yang duduk diam sedari tadi merasa jenuh.
Terutama sang gadis yang sedari tadi
mengubah posisi karena merasa sudah tidak nyaman duduk lama disana. Jika di
perbolehkan, rasanya sekarang Yuri sudah melangkahkan kaki seribu dari sana dan
berharap tidak akan pernah bertemu dengan laki-laki tampan yang—sedari tadi
menatapnya—duduk di depannya.
Acara makan malam selesai dan
dilanjut dengan percakapan antar perusahaan, sesekali gelak tawa terlontar di
keempat bibir orang dewasa disana. Yuri dan Ryosuke menatap satu sama lain
seakan berbicara ‘dimana-leluconnya-?.
Yang tertua beranjak dari duduknya
sehingga menimbulkan suara decitan antara kaki kursi dan lantai marmer, “Ano..
Bolehkah saya mengajak Yuri keluar sebentar ?” Tanya Ryosuke, se-sopan mungkin
dan menjaga wibawanya.
Yuri menatap tajam Ryosuke tapi
sesaat kemudian Yang Tertua memberikan wink sekilas kepadanya memberikan kode bahwa akan
mengajaknya keluar untuk terbebas dari formalitas yang ada disana.
“Ah, tentu, Ryosuke, mungkin kalian
butuh udara segar.” Yang berbicara barusan adalah Tousan
Ryosuke. Merasa mendapat jawaban, segera
Ryosuke menarik tangan Yuri—yang masih dalam keadaan duduk manis—keluar dari rumah
megah tersebut.
Niat hati Yang Tertua ingin mengajak
Yang Termuda hanya sebatas keluar dari rumah Yang Tertua, tapi berujung jalan-jalan
menjauhi rumah. Ryosuke merenggangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, terasa
kaku akibat duduk tegap selama berjam-jam, sedangkan Yuri..
“Haahh~ masih ada zaman seperti ini
melakukan formalitas yang tak menyenangkan..” Rutuk Yuri, ia menghirup udara
dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan lega seraya merenggangkan kedua
tangannya ke atas.
“Yuri, sebentar lagi Valentine
Day.” Ucap Ryosuke, mencoba mencari topik
pembicaraan.
“Lalu ?” Jawab gadis tersebut, Yuri
sepertinya tahu kalimat selanjutnya yang akan Ryosuke keluarkan, maka dari itu
ia mencoba mengetes.
“Seorang wanita yang memberi hadiah
kepada laki-laki.” Sambung Ryosuke, ia sedang bermain kode dengan Yuri. Tapi
sayangnya sang empu berakting tidak peka.
“Iya, itu benar.” Jawab Yuri, dalam
hati ia tersenyum senang menggoda laki-laki di sebelahnya.
“Mouu~ kau tidak seru!” Rengek Ryosuke, lalu
mempercepat langkah kakinya, meninggalkan Yuri yang tertawa penuh kemenangan.
Dengan cepat Yuri menyamakan langkah
kaki Ryosuke, tidak terlalu jauh karena langkah kaki mereka sama, sesame chibi.
Setelah menyamakan kembali di sebelah
Yang Tertua, entah kenapa Yuri malah memerhatikan wajah Ryosuke dari samping.
Matanya yang indah, kulitnya yang
putih bersih karena melakukan perawatan, bibirnya yang seksi, dan.. Oh, hidung
blasteran seperti Tousannya. Yuri berfikir, pantas saja banyak orang-orang yang menyukai pria
di sebelahnya, selain anak blasteran juga mempunyai wajah yang tampan tak
peduli seberapa tinggi orang itu.
Yuri memalingkan wajahnya menunduk,
disana tanpa ia sadari ia tersenyum dan jantungnya berdegup lebih kencang
daripada biasanya.
“Sudah puas ?” Tanya Ryosuke, ia
tahu Yuri memerhatikannya tadi, daripada merusak suasana ia lebih memilih diam.
“Eh ?” Yuri terhenyak.
“Aku tahu aku tampan, makanya kau
menatapku seperti itu.” Celetuk Ryosuke, blak-blakan tanpa berdosanya.
“Mouuu~” Rengek Yuri, memalingkan wajahnya ke
kiri—berlawanan dengan kehadiran pria di sebelahnya—yang sekarang berwarna
merah.
“Hahahaa!! Satu sama!” Teriak
Ryosuke, kali ini ia merasa menang.
Yuri bergeming, ia berfikir, ia tak
pernah melihat Ryosuke tertawa sebahagia itu. Selama bertemu dengannya selain
berdebat ia juga selalu memasang wajah menyebalkan. Dan saat bersama dengan
teman pria lainnya, Ryosuke tak pernah menampilkan senyuman bahagianya seperti
tadi.
Dan tanpa sadar Yuri ikut tersenyum,
kembali.
“Ah! Yuri, kesini sebentar.” Ujar
Ryosuke, tiba-tiba dengan menarik pergelangan tangan Yuri memasuki sebuah toko
yang lumayan besar dan berbau serba pink. Yang di tarik sedikit terkejut dan hampir
tersandung jika Yuri—dengan tangan satunya—tak memegang tangan Ryosuke yang
menariknya.
Di dalam toko, Ryosuke sedang
memutari satu per satu rak yang berjejer horizontal dan kepalanya yang selalu
berpaling ke kanan dan ke kiri memerhatikan aksesoris-aksesoris lucu. Sesekali
ia bertanya Yuri apakah benda tersebut manis atau tidak.
“Kau dari tadi bertanya kepadaku,
memangnya untuk siapa? Jika untuk Obaachan bukan disini tempatnya.” Protes Yuri, ia
memonyongkan bibirnya karena dari tadi mengikuti pria tampan di depannya yang
hanya memutari rak-rak di dalam toko tersebut.
“Iie, bukan untuk Obaachan.” Jawab Ryosuke, singkat.
“Sore de?” Tanya Yuri, mulai antusias karena
menurutnya Ryosuke tak pernah dekat dengan perempuan lain selain Okaasannya.
“Untuk seseorang yang sekarang aku
masih tidak mengerti perasaanku kepadanya.” Jawab Ryosuke, masih memilah-milah
aksesoris yang hendak ia beli.
“Hueee?! Seorang Ryosuke Yamada
menyukai seseorang ?! Ini sungguh keajaiban alam!” Ledek Yuri, ia menghentikan
langkah kakinya dan kedua tangannya bersedekap di depan dada.
Ryosuke ikut menghentikan langkahnya
dan mengambil satu buah aksesoris, “Jangan menggodaku, aku masih normal untuk
menyukai wanita,” Ujar pria tampan tersebut tanpa melihat lawan bicara, “Ah,
apa ini bagus ?” Tanyanya.
“Hm.. Gadis yang kau sukai seperti
apa orangnya ?”
“Kenapa kau bertanya denganku ?”
“Agar aku dapat menjawab
pertanyaanmu sebelumnya.”
“Hm.. Ia manis,” Jawab Ryosuke,
salah-satunya.
“Hanya itu ?”
“Penyuka musik.” Jawab Ryosuke,
kembali.
“Ah, musik apa yang ia sukai ?”
Tanya Yuri, bukannya membantu ia malah seperti sedang menginterogasi seseorang
yang telah melakukan aksi criminal.
“Mouuu~ pilih saja, sudah ku beri tahu cluenya.” Rengek Ryosuke.
Yuri tersenyum, ia lalu mengambil
sebuah Love Music Not Necklace berwarna silver, sebuah kalung perpaduan antara bentuk hati dan not
lagu. Sangat cantik jika di pakaikan oleh orang yang tepat.
“Ini, cocok untuk gadis yang kau
maksud tadi,” Ujar Yuri, lalu menyerahkan kalung tersebut ke tangan Ryosuke,
“Ah, siapa gadis yang kau maksud ? Honda-chan ? Mari-chan ?” Tanya Yuri, rasa
ingin tahunya sangat besar mengingat ia juga satu bidang dengan pria di
depannya.
“Jaa, ayo kita bayar lalu kembali.” Ajak Ryosuke,
melangkahkan kakinya pergi mendahului mencari cara agar mengalihkan topik
pembicaraan.
“Ch-Chotto! Kita berkeliling selama
lima belas menit hanya untuk membeli itu ?” Tanya Yuri, ia menatap Ryosuke
dengan pandangan tidak percaya. Terbuang sudah waktu berharganya untuk
meneladeni pria tersebut.
~***~
Yuri dan Ryosuke menyudahi acara jalan-jalan
mereka demi menghilangkan kejenuhan akibat formalitas acara makan di sebuah
restoran. Yuri hendak membuka gerbang utama rumah Ryosuke jika Ryosuke tidak
menarik pergelangan tangannya dan menyeretnya hingga ke bawah pohon yang
rindang diikuti dengan hembusan angin sejuk.
Ryosuke memojokkan Yuri—bukan
kabedon—di batang pohon tersebut dan menatap kedua mata gadis manis di depannya
lekat-lekat. Sang empu yang terkejut dan tidak tahu kenapa hanya menatap balik
pria tampan di depannya.
“Yamada..?” Lirih Yuri, memanggil
nama pria tampan di depannya.
Ryosuke tersenyum miring, “Setelah
sekian lama, baru kali ini aku mendengar kau memanggil nama margaku..” Ujarnya.
Yuri mengerjapkan matanya beberapa
kali, “Maaf, sudah membuatmu susah selama ini.. Sekarang, kau boleh pergi.”
Ujar Ryosuke, to the point lalu meninggalkan Yuri disana termenung sendirian.
Yuri mematung, berusaha mencerna
perkataan Ryosuke yang terlontar baru saja. Ia memang membenci acara makan
malam yang tak jelas tujuannya itu. Tapi, setelah Ryosuke mengatakan kalimat
seperti itu ia merasa ada sesuatu yang mengusik relung hatinya.
~***~
Daiki
menatap Yuri tidak percaya dengan semua yang sahabatnya itu katakan baru saja.
Mencoba mensinkronisasikan seluruhnya, Daiki mencoba berfikir maksud dari semua
cerita yang sahabatnya tersebut katakan.
“Yuri,
bolehkah aku mengatakan sesuatu ?” Tanya Daiki, intonasi nada yang lembut dan
menenangkan, berbeda dengan intonasi kesehariannya. Yuri yang semula menunduk
kini menatap Daiki yang duduk di depannya dengan tatapan datar, “Aku rasa
Yamada menyukaimu,” Ujarnya to the point.
Melihat
Yuri hendak memprotes, ia melanjutkan kata-katanya, “Yuri, aku tahu kau tidak
akan percaya dan menyangkalnya. Tapi, apa kau tidak mau mencari tahu apa yang
di katakan temanmu ini benar ? Jangan ragukan perkataan seorang teman dekat,
suatu saat akan menjadi kenyataan,” Jelas Daiki, tersenyum lembut menatap
sahabatnya, “Cobalah untuk mencari tahu penyebab Yamada tidak menyukai musik,
taklukkan hatinya, maka, jawabannya akan kau dapatkan dengan sendirinya.”
Lanjut Daiki, membuat Yuri termenung menatap secangkir kopi di depannya yang
mulai mendingin.
“Sebenarnya
aku punya sesuatu yang harus di katakan untukmu, tapi, mungkin seseorang akan memberitahukannya padamu,
bukan aku.” Ujar Daiki, lalu meminum kopinya yang mulai mendingin dan langsung
menghabiskannya.
Yuri
menatap Daiki sebentar, mencari keyakinan di mata sahabatnya itu, “Kau mau
membantuku ?” Tanyanya.
“Tidak.
Tapi aku akan mendukungmu, percayalah, perjuangan tak mengkhianati hasil.”
Jawab Daiki, bijak. Tumben-tumben saja Daiki seperti itu, biasanya saja ia tak
memerdulikan masalah cinta lagi karena tragedi putus hubungan dengan mantan
kakak kelas. Ah, tapi sekarang mereka berdua kembali bersama.
Yuri
tersenyum, sesaat kemudian menatap kopinya yang tenang di dalam cangkir. Untuk
merealisasikan perkataan Daiki, ia akan menjadi kopi untuk sementara waktu.
Pahit, namun di cintai banyak orang.
~***~
“Tadaima—“
“HOE!
KEMBALIKAN! ITU KAMERAKU!”
“Enak
saja! Ini hadiah pemberian dari Okaasan tahun
lalu!”
“RAIYAAA!!
KEMBALIKAN KUBILANG!!”
Setelah
melepas sepatu sekolahnya, Yuri melangkahkan kakinya dengan malas masuk ke
dalam rumah. Ia tahu salam masuk rumahnya tidak akan di jawab karena kedua
kakak laki-lakinya sedang berdebat berebut kamera, itu sudah rutinitas
sehari-hari di rumah Yuri.
Gadis
tersebut hendak menuju ke kamarnya tanpa memerdulikan kedua kakak laki-lakinya
yang sekarang saling bergelut. Tiba-tiba kakak laki-lakinya yang kedua, Raiya,
berlari dari kejaran kakak sulung, Yuto, dan tak sengaja menubruk Yuri yang
sedari tadi berjalan linglung.
Yuri
tersungkur jatuh dan kepalanya membentur pinggiran meja dengan keadaan
tengkurap. Tanpa rasa bersalah, kedua kakak laki-lakinya tak memerdulikan
saudara bungsunya yang kini tengkurap tak berkutik.
“Tadaima—are ? Yuu-chan, sedang apa kau
disitu ?” Chinen Saaya—beserta sang
suami—baru saja memasuki rumah mendapati adik bungsunya yang terkapar di dekat
meja makan.
Nama
aslinya Nakajima Saaya, tapi ia telah menikah dan berganti marga menjadi Chinen
Saaya. Terlihat belum mempunyai pasangan karena Saaya selalu di tinggal oleh
suaminya yang bekerja dari satu negara ke negara lain. Tak mau membuang
pengeluaran, ia lebih memilih merawat adik-adiknya.
Saaya
berjongkok menatap Yuri sebentar yang tak berkutik sama sekali, merasa curiga,
akhirnya Saaya membalikkan tubuh Yuri dan melihat pelipis gadis manis tersebut
mengeluarkan darah yang lumayan banyak.
Saaya
terkejut, ia tahu keadaan adik bungsunya tersebut jika terluka di bagian kepala
akan berakibat fatal. Mungkin terdengar biasa saja, tapi tidak untuk Yuri.
Gadis manis tersebut mempunyai riwayat yang besar dan dapat memengaruhi
hidupnya.
Suami
Saaya yang berdiri di belakangnya menepuk pundak wanita muda tersebut dan menaruh
jari telunjuknya di bibir. Saaya tidak tahu maksud dari suaminya, ia ingin
dirinya tutup mulut atau mendengar sesuatu yang samar-samar.
Sesaat
kemudian, Saaya mendengar kegaduhan di lantai atas. Ia mendongak menatap langit-langit
lantai bawah dengan mukanya yang suram.
Plaakk!! Plakk!!
Satu tamparan
keras mendarat di pipi kedua anak laki-laki tersebut. Saaya menatap marah kedua
adik laki-lakinya, sudah membuat Yuri tersungkur jatuh dan pelipisnya terbentur
pinggiran meja di tambah tidak menolong sama sekali.
“Kamera
kalian Neechan sita selama Yuri
sembuh. Jika ada apa-apa dengannya kalian yang bertanggung jawab.” Ujar Saaya,
meninggikan intonasi nadanya. Dan kedua adik laki-lakinya tersebut hanya bisa
menundukkan kepalanya.
Sekarang,
gadis manis tersebut tidur pulas di dalam kamarnya, terlihat tidak apa-apa,
jauh dalam tidurnya sekarang ia sedang melihat sesuatu seperti kejadian nyata.
Bukan mimpi, tapi sepertinya masa lalu yang tidak ia ketahui muncul dalam
tidurnya.
~***~
“Kenapa aku harus menikah denganmu!”
Seorang laki-laki, masih muda,
berteriak tepat di hadapan seorang gadis yang sekarang menangis menatap
laki-laki di depannya sedang membentaknya. Umur mereka masih muda, bahkan
mereka masih sekolah. Dan selalu terjadi kembali, layaknya sebuah cerita,
hubungan mereka sekarang resmi suami-istri dengan cara ‘perjodohan’.
“Kenapa kau membentakku?! Aku hanya
menerima ini semua!” Teriak gadis tersebut.
Laki-laki tersebut muak dengan gadis
yang sekarang resmi menjadi istrinya, ia membalikkan tubuhnya menjadi
membelakanginya, “Aku tahu kau tahu caranya menolak, tapi kau tidak
melakukannya.”Ujar laki-laki tersebut dengan suara dingin.
Sekarang mereka sedang berada di
dalam kamar. Lantai tiga, tidak akan ada orang yang mendengar suara mereka
karena mereka berada di lantai paling atas rumah milik laki-laki tersebut.
“Karena aku mencintaimu!” Teriak
gadis tersebut.
“Tapi aku tidak! Sudah kubilang
beberapa kali, kan ?!”
~***~
HOLA! Lama tidak update! Rina ingin menyampaikan beberapa fanfiction ini. Setelah diteliti, banyak kesalahan dan tidak sinkron dari part 1 hingga seterusnya, karena malas untuk edit danre-upload akhirnya Rina men-tamatkan fanfiction ini saja, tenang bukan part ini kok yang tamat XD
Maksudnya, setelah fanfiction ini tamat, Rina akan pindah copy ke wattpad Rina, dan sudah dalam keadaan edit ulang dan tentunya lebih panjang dari part disini. Sudah beberapa fanfiction yang Rina update di wattpad dan dominannya adalah YamaChii XD /fujonyakumat
My Wattpad : BlackShadow_S
Sekali lagi, hontou ni gomenasai!! Kalau ceritanya nggak nyambung sama sekali, karena Rina juga punya banyak hutang fanfiction di wattpad yang banyak beut XD
Oh ya, di wattpad Rina ada songfict White Love, loh! Jangan lupa dibaca! Rina berusaha me-samakan lirik lagu dengan fanfictionnya XD
Dan Rina mengucapkan Selamat Natal bagi yang merayakan dan Selamat Tahun Baru!! Iyeeaaayy~~!!
~Arigatou Gozaimasu~



kak ini gakada pert 4?
BalasHapus