CHAPTER 3
~~~***~~~
“Disini
perasaanku di uji dan di mulai..”
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Putih
bersih dan steril, alat-alat
berbahaya dan tajam tertata rapi di segala ruangan. Bahan-bahan kimia yang juga
menjadi satu dengan alat kesehatan. Laboratorium. Yuri terduduk kaku di salah
satu kursi putar yang sudah di siapkan untuknya, seluruh badannya menggigil
karena suhu ruangan yang sangat dingin, dan menahan kakinya yang gemetaran
menatap alat-alat berbahaya di sekitarnya.
Beberapa
menit kemudian seorang pria berjas putih layaknya dokter di bumi datang di
ikuti dua suster lainnya. Pria tersebut adalah pria yang sempat terjadi percekcokan saat ia dan kedua temannya
baru saja sampai di dunia Vamp, Nakajima-san.
Mata
Yuri melihat dengan jeli apa yang akan dilakukan Nakajima-san selanjutnya
seraya menahan tubuhnya yang kedinginan.
Pria
itu berjalan kesana-kemari sembari menyiapkan alat-alat untuk mengambil sampel
darah Yuri. Setelah semua beres, ia mempersilahkan Yuri untuk duduk di atas bed dengan kanan dan kirinya seorang
suster sudah siap menemaninya.
(Bednya
itu kayak bed di poli gigi, kalo mau cabut gigi kan bed-nya 135 derajat duduk)
Tak
lama Nakajima-san mengambil suntik dan mulai menyuntikkannya pada lengan kanan
Yuri. Rasanya seperti di suntik biasa saat di bumi, tak ada yang aneh, hanya
nyeri dan sakit seperti biasanya.
Tak
lama kemudian darah sudah di ambil dan dimasukkan ke sebuah tabung kecil untuk
uji coba. Setelah darah tersebut dimasukkan, Nakajima-san mendekati Yuri
membuat gadis itu sedikit ketakutan.
“Maafkan
aku, Nona,” Setelah mengatakan seperti itu, Nakajima-san mulai menjentikkan
jarinya tepat di depan wajah Yuri, tak menunggu lama gadis tersebut tertidur
karena terhipnotis, “Mudah sekali,” ujarnya seraya menyeringai.
“Bawa
dia ke kamar Pangeran Mahkota, dia yang sedang menunggunya disana,” Perintah
Nakajima-san kepada dua dayang yang tadinya menyamar menjadi suster. Ia lalu
pergi meninggalkan laboratorium itu dengan membawa sampel darah Yuri.
~~~***~~~
Dua dayang itu tadi menggendong Yuri yang untung beratnya
tak seberapa ke kamar Putra Mahkota sesuai perintah Nakajima-san.
“Lalu, apa yang harus kita lakukan selanjutnya ?” Tanya
dayang yang tadinya menggendong Yuri. Dayang tersebut lebih cantik dari dayang
sebelahnya, namanya Nana Asakawa. Dan dayang di sebelahnya bernama Nana
Komatsu.
“Apa kau tidak kasihan dengan gadis ini ? Kedua temannya
setia menunggunya di hallroom sedangkan
gadis ini malah berujung terperangkap disini, aku harap dia tidak akan seperti
kita,” Ujar Komatsu. Bukannya menjawab pertanyaan Asakawa ia malah balik
bertanya.
Asakawa menatap Komatsu dari samping, ia menatap kedua
mata sayu tersebut. Ya, mereka berdua adalah sepupu, sejarah mereka menjadi
dayang di dunia Vamp adalah karena Tousan
Komatsu yang membawanya ke dunia Vamp dan menyuruhnya menjadi dayang di
dalam Istana tersebut, ia sungguh tidak mau, ia lebih memilih hidup berdua
dengan Kaasannya karena kedua orang
tuanya baru saja bercerai.
Beberapa hari kemudian, Asakawa datang menjenguk Komatsu
sendirian, ingin mengajaknya jalan-jalan sebentar. Buruknya ia datang di saat
yang tidak tepat, disana kedua orang tua Komatsu sedang bertengkar hebat hingga
saling melukai. Asakawa yang melihat kejadian itu berusaha melindungi dan
menenangkan Komatsu, apa daya Pamannya, Tousan
Komatsu adalah seorang Vampir, dan Kaasan
Komatsu orang pribumi biasa sudah jelas takkan bisa mengalahkan Tousan Komatsu.
Lalu mereka berdua di giring ke dunia Vamp dan menyuruh
mereka menjadi dayang disana dan mengabdi seutuhnya dengan para Vampir. Nana
Komatsu adalah gadis yang berdarah campuran antara Vampir dan pribumi.
Sedangkan Nana Asakawa, kedua orang tuanya pribumi, namun karena Pamannya
berdarah Vampir, ia mempunyai setengah dari setengah darah Vampir pamannya.
Asakawa kembali memandang Yuri yang dengan pulasnya tertidur
di atas tempat tidur milik Putra Mahkota. Mereka berdua sedari tadi berdiri
diam beberapa meter hanya memandang seorang gadis yang sedang tertidur pulas
dan tak tahu akan siuman kapan.
“Dia takkan menjadi kita, tapi kita akan menjadi dia jika
kita mengurusnya dengan baik. Yang Mulia Ratu pasti akan sangat senang
mempunyai seorang anak yang sangat cantik, cerdas, dan baik hati seperti dia,”
Jelas Asakawa. Komatsu memalingkan kepalanya dan mengerutkan keningnya menatap
sepupu kecilnya itu.
“Apa maksudmu ?”
Asakawa tersenyum, “Setelah sekian lama, anak dari Ratu
Fuyu ditemukan. Sebenarnya aku sangat setuju jika Putri ini menikah dengan
Putra Mahkota, mereka sangat cocok. Tapi, kau tahu, kan, ada seorang Putri yang
juga menyukai Putra Mahkota, apalagi Putra Mahkota sendiri sangat dekat
dengannya. Dan Putri tersebut sangat ambisius saat mendengar pencarian diadem.
Bisa-bisa nyawa Putri ini menjadi taruhan hanya untuk cinta,” Jelas Asakawa.
Komatsu terkejut hingga melebarkan matanya menatap
Asakawa, ia lalu kembali memandang gadis yang masih sama posisinya seperti
tadi. Lama mereka memandang Yuri yang sedang tertidur, salah satu dari mereka
angkat bicara.
“Kita memang dayang, tapi dayang juga bisa melindungi
majikannya hanya sebuah kesetiaan bukan pesuruh. Asakawa-chan, kita bisa
melindungi Putri ini, kan ? Aku tahu yang kau maksud siapa Putri yang sangat
ambisius mencari diadem itu. Kita akan membantu Putri ini hingga menemukan
diadem yang seharusnya miliknya,” Ujar Komatsu ambis.
Asakawa terkejut, ia menatap Komatsu di sebelahnya yang
juga sedang menatapnya. Ia tersenyum lalu mengambil tangan Komatsu, “Tentu,”
Jawabnya, lalu menariknya keluar dari kamar tersebut cepat-cepat agar pemilik
kamar tersebut tak mengetahui pembicaraan mereka.
Setelah mereka berdua pergi dan tak lupa menutup pintu
kamar. Yuri terhenyak bangun, duduk diam di atas tempat tidur. Ia berfikir
kritis apa yang telah mereka berdua ucapkan beberapa detik yang lalu.
Yuri sudah tahu bahwa ada keanehan di dalam laboratorium
selepas darahnya di ambil untuk sampel. Ia tak tahu harus apa tapi salah satu
cara muncul di otaknya agar tak mudah terkena hipnotis oleh Nakajima-san, yaitu
berfikir positif.
Ia tidak tahu kenapa tapi ia merasa bahwa jauh di dalam
dirinya ia menyimpan sebuah energi dan kekuatan yang tak bisa ia keluarkan saat
itu juga. Dan ia juga tidak tahu energi dan kekuatan macam apa yang ada di
dalam dirinya.
Yuri juga merasa jauh di dalam hatinya ada sebuah ruang
kosong sejak nol hingga sekarang tak ada yang mengisinya. Kosong dan hampa,
ruang itu gelap. Takkan ada yang bisa menyinari apalagi membukanya. Hal itu membuatnya
merasakan nyeri di hati.
“Yang Mulia Ratu
Fuyu..? Kaasan..?”
Gadis itu sadar
bahwa sedari tadi ia hanya duduk diam memikirkan apa yang dua dayang itu
ucapkan. Ia harus cepat keluar dari kamar itu dan keluar Istana. Ia harus
menemui Keito dan Yuto. Waktu dunia Vamp dan waktu bumi sangat berbeda, mereka
berjarak seratus tahun, jika lima menit di dunia Vamp lalu berapa menit di bumi
?
(Itung sendiri wkwkk bukan anak matematika)
Yuri beranjak dari duduknya di atas
tempat tidur berlari ke arah pintu, ia mencoba membuka knopnya berulang kali
tapi pintu tersebut tak mau terbuka. Ia menyimpulkan, dua dayang tadi tidak
mengunci pintu kamar sama sekali. Lalu, kenapa bisa terkunci ?
Ia berjalan sekeliling kamar tersebut. Mencari-cari benda
yang dapat membuka pintu kamar tersebut. Tak lama berkeliling, ia menemukan
sebuah pigura foto yang di dalamnya terdapat foto seorang wanita yang ia yakini
adalah seorang Ratu karena memakai sebuah mahkota. Ratu itu sedang menggendong
seorang anak bayi yang di selimuti dengan kain berwarna biru, sama-samar ia
melihat wajah bayi yang di gendong itu sedang tertidur.
Ia menaruh pigura foto tersebut dan beralih pada pigura
di sebelahnya. Lebih terkejut dari yang sebelumnya. Di foto itu, kali ini
adalah fotonya, foto dirinya sendiri sedang tersenyum sembari membawa boneka teddy bear. Dirinya memakai gaun
berwarna pink muda dengan bandana di kepalanya. Terlihat imut. Dan di
sebelahnya adalah foto wanita di pigura sebelumnya.
“???”
Tapp.. Tapp.. Tap.. Tap..
Suara langkah
kaki panjang dan cepat semakin lama semakin dekat. Tak mau mendapat masalah
lagi, Yuri pun menaruh pigura tersebut kembali dan berlari ke arah tempat
tidur. Kembali tidur disana seakan-akan ia belum siuman dari hipnotis
Nakajia-san.
Knop pintu terbuka, sekuat mungkin Yuri menahan iman di
dalam dirinya agar tak melirik sedikit siapa yang memasuki kamar tersebut. Otak
vampirenya bekerja, ia yakin bahwa yang memasuki kamar itu adalah sang pemilik
kamar sendiri.
Suara knop pintu kembali dan derap langkah kaki semakin
lama semakin dekat. Derap langkah kaki itu berhenti, dan sekarang Yuri
berasumsi bahwa sang pemilik kamar itu tengah berada di sebelah tempat tidur
sedang memandangnya tidur.
“Gotcha!”
Gadis itu masih sabar untuk tidak segera beranjak dari sana.
Ia masih ingin mendengar apa yang selanjutnya sang pemilik kamar itu lakukan.
“Kau lebih cantik dari sang Ratu, Nona,” Ujar pemilik
kamar tersebut.
Yuri bisa merasakan sentuhan tangan lembut berada di
kepalanya, membelai lembut surai hitam miliknya. Tak lama tangan itu kian
menjalar dan berhenti tepat di bibir pink-nya. Jauh di dalam hatinya ia tak
kuat dan ingin segera beranjak dari sana, tapi ia berusaha sabar untuk tidak
bangun.
“Kau lebih indah dari yang kubayangkan, Yuri,”
Cukup. Yuri tak kuat setelah ‘kalimat mengundang’ itu
terucapkan. Ia dengan lincah bangun dari atas tempat tidur dan berdiri dengan
posisi berlawanan dengan lelaki di depannya. Di tengah-tengah mereka terdapat
tempat tidur sebagai pemisah jarak mereka.
Lelaki tersebut menyeringai, “Apakah kata-kata tadi
berhasil membangunkanmu?” Ujarnya masih disertai seringai yang membuatnya
semakin tampan.
Yuri tak mengerti apa maksud lelaki di depannya, ia
berfikir seperkian detik hingga ia tahu apa maksud lelaki itu ia menggeram, “Bitch!” Rutuknya.
Ya, lelaki itu tahu jika dirinya tidak sedang pingsan
akan hipnotis, namun, dirinya hanya berpura-pura dan ‘kalimat mengundang’ tadi
hanya memancingnya untuk bangun.
Yuri menggeram, “Biarkan aku pergi!” Ujarnya dengan nada
keras.
“Aku sudah mencarimu sejak umur enam tahun, dan sekarang
berhasil menemukanmu lalu aku melepaskanmu begitu saja ? Huh, itu sangat
sia-sia,” Lelaki itu berjalan memutar mengintari tempat tidur dan berhenti
tepat di depan gadis bertubuh mungil itu.
“Peduli setan! Keluarkan aku dari sini! Aku hidup di
bumi! Bukan di tempat terkutuk seperti ini!” Ujar Yuri semakin meninggikan
suaranya. Tak peduli jika ada vampire lain yang mendnegar bahwa habitatnya ia
katakan ‘terkutuk’ ia tidak takut.
“Maa~ Maa~ baru
saja kau mengutuk dunia ini, Nona,” Lelaki itu semakin mendekat ke arah gadis
di depannya, otomatis gadis tersebut terus mundur ke belakang hingga menabrak
dinding, “Bagaimana jika aku mengutuk balik?” Yuri mengerutkan keningnya,
“Bahwa kau akan menjadi milikku,” Ujar lelaki itu semakin mempersempit jarak
antara gadis di depannya.
“Tck! Aku tidak kenal kau! Dan aku tak sudi men—Apa yang
kau lakukan?! Kembalikan itu!” Yuri hendak membantah ucapan lelaki tadi, namun
tiba-tiba lelaki tersebut memamerkan sebuah diadem tepat di depan wajahnya dan
tersenyum puas.
Yang termuda hendak meraih diadem dari tangan yang
tertua, namun nihil, yang tertua semakin menjauhkan jarak diadem dengan tangan
yang termuda karena tubuhnya juga pendek. Namun hal tersebut malah semakin
membuat jarak mereka berdua sangat dekat.
“Apa kau tahu ini?” Bisiknya tepat di telinga gadis di
depannya, “Aku tahu kau sudah di jelaskan oleh kedua temanmu di depan sana.
Tapi, apa kau tahu bahwa benda ini sedang di cari seluruh gadis di dunia ini ?
Tidak ? Sayang sekali, akulah vampire incaran mereka semua dan juga avmpire
yang melihatmu menemukan ini,” Lanjutnya, lelaki itu berbicara dengan nada sexy yang ia buat tepat di telinga sang
gadis.
Dengan cepat Yuri mendorong tubuh lelaki di depannya
hingga terdorong ke belakang, “Apa maksudmu?!” Tanyanya.
Lelaki tersebut menyeringai, “Aku Ryosuke Yamada.
Pangeran Mahkota di kerajaan ini. Beberapa hari yang lalu telah diadakan pesta
untuk menyambut umurku yang ke-delapan belas tahun. Dan bertepatan saat itu
juga sang Raja membuka sayembara yang nyatanya tidak ku ketahui sebelumnya.
Sayembara itu mengatakan, barang siapa gadis yang menemukan sebuah diadem
peninggalan Ratu terdahulu dapat menikahiku. Dan aku berasumsi takkan menikah
siapa saja yang dapat menemukannya. Saat aku mengetahui bahwa kaulah yang
menemukannya, ini sangat menarik, kau tahu,” Jelasnya.
“Tidak! Diadem ini di ukur dari keakuratan kepala orang
yang menemukan. Mungkin jika aku memakainya terlihat pas di kepala, namun,
aslinya tidak. Diadem itu ha—“
“HAHAHAHA!!!”
“!!!”
“Siapa yang mengarang lelucon itu?”
Kening Yuri berkerut, ia tak suka di tertawakan di saat
ucapannya belum selesai, “A-Apa maksudmu?!” Tanyanya dengan nada kesal.
“Itu hanya lelucon! Gila saja vampire yang menemukan
diadem itu harus di ukur kepalanya terlebih dahulu, terlalu lama dan tidak ada
di dunia ini. Ku tebak pasti kedua temanmu yang merancang hal konyol seperti
ini agar kau tak terkejut bahwa kau telah menemukan ‘berlian’ dalam sayembara
beberapa hari yang lalu,” Lelaki tersebut masih menahan tawanya. Di dalam
hatinya ia sangat berterima kasih kepada kedua teman gadis di depannya telah
merancang hal-hal konyol seperti itu. Hal itu semakin mendekatkan dirinya
kepada gadis keturunan ratu-ratu sebelumnya.
“H-Hah?!”
~~~***~~~
Semoga suka! Chapter 4 menyusul sedang dalam tahap pengetikan! XD
~Arigatou Gozaimasu~

Tidak ada komentar:
Posting Komentar